Taipan Properti Dan Raja Kertas Meninggal Dunia Dan Tinggalkan Warisan Senilai Rp205 Triliun, Ini Pewarisnya..
Taipan Properti Dan Raja Kertas Meninggal Dunia Dan Tinggalkan Warisan Senilai Rp205 Triliun, Ini Pewarisnya..
Selasa, 29 Jan 2019 17:42
view: 505
Bos Sinar Mas Group Eka Tjipta Wijaya tutup usia.
JAKARTA, datariau.com - Keluarga Eka Tjipta Widjaja, pendiri Sinar Mas Group, yang meninggal dunia, Sabtu (26/1/2019), diselimuti duka. Taipan properti dan raja kertas itu meninggal dunia pukul 19:43 WIB malam tadi.
Kabar duka mengenai Eka Tjipta Widjaja yang meninggal dunia pun segera tersebar. Perlu diketahui, Eka Tjipta Widjaja dinobatkan sebagai orang terkaya nomor 2 di Indonesia pada tahun 2018 oleh Forbes. Eka Tjipta Widjaja disebutkan memiliki aset senilai Rp 205 Triliun.
Pewaris kekayaan
Eka Tjipta Widjaja memang tak lagi di garda depan dalam mengembangkan ratusan bisnisnya. Dia jauh-jauh hari sudah memberikan kepercayaan semua bisnisnya kepada anak-anak dan cucu-cucunya.
Seperti dalam tulisan Kontan.co.id, beberapa tahun lalu, Sinar Mas mengelompokkan ratusan perusahaan ke dalam enam pilar utama bisnis.
Masing-masing pulp and paper, jasa keuangan, pengembang dan real estat serta agribisnis dan makanan. Dua lini bisnis lagi adalah telekomunikasi serta energi dan infrastruktur.
Anak tertua Eka Tjipta, yakni Teguh Ganda Widjaja memegang pulp and paper. Franky O Widjaja menggawangi agribisnis dan makanan. Lantas, bisnis pengembang dan real estat dikendalikan Muktar Widjaja.
Kalau Indra Widjaja kebagian jasa keuangan. Anak-anak mereka atau generasi ketiga sudah terlibat menjalankan bisnis bersama-sama. Hanya bisnis energi dan infrastruktur yang langsung dipegang oleh generasi III.
Fuganto Widjaja, anak Indra Widjaja mengawal bisnis yang antara lain membawahi PT Golden Energy Mines Tbk dan PT Berau Coal Energy Tbk itu.
"Dipilih di antara generasi III. Pak Fuganto dianggap mampu dan bisa menjalankan," terang Gandi Sulistiyanto, Managing Director Sinar Mas Group.
Menjalankan bisnis berbarengan antara generasi II dan III bukan tanpa kendala. Meskipun pertalian darah mengikat mereka.
Kendala biasanya muncul lantaran faktor latar belakang pendidikan dan komunikasi.
Gaya kepemimpinan generasi III yang berlatar belakang pendidikan di luar negeri, berbeda dengan generasi II. Namun, klan Eka Tjipta Widjaja sudah sepakat dengan satu hal.
"Kalau sudah diputuskan oleh anak tertua, yang lain mengikuti, walaupun dalam diskusi ada perbedaan pendapat," kata Gandi.
Kisah hidup Eka Tjipta Widjaja
Taipan sukses ini mencapainya bukan tanpa perjuangan.
Tak banyak yang tahu masa lalu Eka Tjipta Widjaja yang memprihatinkan. Eka Tjipta Widjaja dan ibunya pertama kali datang ke Indonesia pada tahun 1932 saat ia berusia 9 tahun.
Mereka menyusul sang ayah yang sudah migrasi lebih dulu.
Ekonomi keluarganya sangat jauh dari kata layak. Ayahnya terlibat utang pada rentenir dan tak mampu membayar bunga yang sangat tinggi.
Eka Tjipta Widjaja akhirnya tak bisa melanjutkan sekolah sehingga hanya punya ijazah SD. Ia bertekad untuk bisa membantu ayah dan ibunya. Eka Tjipta Widjaja dan ayahnya mulai berjualan permen dan biskuit keliling Makassar.
Eka Tjipta Widjaja berjualan dari pintu ke pintu. Menaiki sepeda, ia akan berhenti dan mengetuk pintu rumah calon pembeli tanpa kenal lelah.
Eka Tjipta Widjaja yang kala itu berusia 15 tahun ternyata bisa meringankan beban utang keluarganya dari hasil jualan biskuit dan permen.
Eka Tjipta Widjaja menabung sebagian keuntungannya untuk tambahan modal. Tak puas dengan berjualan keliling, Eka membeli alat membuat kembang gula di rumah.
Dia mulai memproduksi sendiri kembang gulanya.
Pada masa penjajahan Jepang, Eka bekerja sama dengan CIAD (Corp Intendands Angkatan Darat).
Dia menjual kopra pada mereka. Namun, Jepang mengeluarkan kebijakan monopoli kopra dan bisnis Eka terhenti. Eka Tjipta Widjaja kembali bangkrut.
Punya prinsip tak mau menyerah, Eka kembali menjajal bisnis baru.
Ia beralih ke usaha bahan-bahan keperluan makanan, bangunan, dan kebutuhan harian.
Tahun 1950 lagi-lagi usahanya terhenti karena dirampas saat peristiwa Permesta. Saat usianya 37 tahun, Eka Tjipta pindah ke Surabaya.
Dia mencoba bisnis kebun kopi dan kebun karet di daerah Jember.
Eka Tjipta Widjaja mendirikan CV Sinar Mas dan mulai berbisnis membuat bubur kertas dari sisa-sisa pengolahan karet.
Seiring perkembangan bisnisnya, Eka mendirikan PT Tjiwi Kimia pada 1976. Perusahaan ini bergerak di bidang bahan kimia. Pada tahun 1980, Eka bisa membeli 10 ribu hektar kebun kelapa sawit di Riau.
Tahun 1982, Eka Tjipta Widjaja membeli Bank International Indonesia (BII) yang dan memulai bisnis propertinya dengan nama Sinar Mas Group.
Hingga kini, Eka Tjipta Widjaja mungkin telah mengalami puluhan kali jatuh dan bangkit lagi. Hasilnya, saat ini Eka Tjipta Widjaja ada di posisi dua sebagai orang terkaya di Indonesia.
Eka Tjipta Widjaja punya prinsip hidup jujur, bertanggung jawab, baik pada keluarga, pekerjaan dan lingkungan. Eka Tjipta Widjaja juga tak suka berfoya-foya dan selalu berusaha hidup hemat.
Dari perjuangan Eka Tjipta Widjaja si pemilik Sinar Mas Group ini, kita bisa belajar bahwa sukses memang bukan suatu hal yang instan.
Editor: Hermansyah
Sumber: Tribun Timur.com
Tegur kami jika termuat berita tidak sesuai fakta dengan menghubungi 081276887672 atau email: [email protected] Kami juga menerima artikel, opini, dan informasi lainnya. Sertakan data diri Anda. Info iklan: [email protected]
SZF (22), mahasiswi perguruan tinggi di Kota Malang hanya bisa tertunduk malu lantaran tertangkap melakukan pencurian uang ratusan juta milik Ponpes Al Ishlahiyah, Singosari, Kabupaten Malang.
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Pangkalan Kerinci Nomor SPBU 14.284.633 yang berada di tengah kota Pangkalan Kerinci, Pelalawan, melakukan pengisian jerigen jenis premium di siang bolong.
Pemerintah Kabupaten Kampar menerima kunjungan Anggota DPRD Pariaman. Kedatangan anggota DPRD ini disambut oleh Bupati Kampar Catur Sugeng Susanto diwakili Staf Ahli Bidang Ekonomi Dan Keuangan Aliman Makmur, di Ruang Rapat Bupati Kampar, Rabu (20/2/2019)