"Demikianlah berbagai perumpamaan (permisalan) yang kami berikan kepada manusia. Dan tidak ada yang bisa merenungkan maknanya kecuali orang yang berilmu." (QS. al-Ankabut: 43)
Dulu para sahabat merasa sedih, ketika mereka membaca ayat al-Quran, sementara mereka tidak mampu memahami maknanya. Sahabat Amr bin Murah radhiyallahu 'anhu pernah mengatakan,
ما مررت بآية من كتاب الله لا أعرفها إلا أحزنني، لأني سمعت الله تعالى يقول: وَتِلْكَ الأمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلا الْعَالِمُونَ
"Setiap kali saya membaca ayat al-Quran yang tidak saya pahami maknanya, maka saya sangat sedih. Karena saya mendengar firman Allah, (yang artinya): "Demikianlah berbagai perumpamaan (permisalan) yang kami berikan kepada manusia. Dan tidak ada yang bisa merenungkan maknanya kecuali orang yang berilmu." (Tafsir Ibnu Katsir, 6/280).
Sudah saatnya kita mendekat, memahami ayat-ayat al-Quran dan permisalan yang Allah sebutkan di dalamnya, agar kita tergolong orang yang dipuji al-Quran.
Diantara permisalan yang Allah sebutkan dalam al-Quran adalah permisalan pengaruh hujan terhadap bumi. Allah berfirman,
Allah telah menurunkan air hujan dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari logam yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada pula buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan bagi yang benar dan yang batil. Adapun buih itu, dia akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan. (QS. ar-Ra'du: 17)
Allah memisalkan wahyu - yang merupakan sumber kehidupan bagi hati - sebagaimana air yang merupakan sumber kehidupan bagi bumi. Permisalan semacam ini banyak kita jumpai dalam dalil al-Quran maupun hadis Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Diantaranya dalam hadis dari Abu Musa al-Asy'ari radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Perumpamaan ilmu dan petunjuk yang Allah berikan kepadaku, seperti hujan lebat yang turun di muka bumi..." (HR. Bukhari 79)
Selanjutnya, Allah memisalkan hati manusia sebagaimana layaknya lembah yang bisa menampung air hujan.
Hati yang luas, dia bisa menampung banyak ilmu, sebagaimana lembah yang besar, bisa menampung banyak air. Sebaliknya, hati yang sempit, hanya bisa menampung sejumlah ilmu sesuai ukurannya.
Lembah di Musim Kering dan Hujan
Lembah, sungai, selokan, ketika di musim kering, yang terlihat di permukaan adalah sampah dan kotoran. Dedaunan, sampah domestik, ranting-ranting pohon, terlihat berserakan di dasar sungai yang kering.
Seperti itu pula suasana hati manusia, ketika jauh dari ilmu dan wahyu. Yang nampak di permukaan adalah noda-noda hati, disebabkan banyaknya dosa yang dilakukan manusia.
Ketika hujan turun, air memenuhi lembah-lembah itu, lalu mengalir ke sungai-sungai. Di saat itulah, terlihat semua sampah terangkat. Sampah-sampah itu mengambang di permukaan, mengalir bersama aliran sungai. Demikian pula hati manusia yang penuh dengan noda dosa, ketika sering dihujani dengan ilmu agama, mendengarkan nasehat al-Quran dan sunah, maka noda-noda hati akan mulai terangkat, hingga akhirnya mengambang di permukaan.
"maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang.."
Seperti inilah pengaruh ilmu yang bersumber dari al-Quran dan sunah, ketika berhasil ditampung oleh batin manusia, maka ilmu ini akan mengangkat setiap noda batin, lalu menghilang tanpa ada yang mempedulikannya.
Sebagaimana ketika tukang emas hendak membersihkan emas dari campurannya, dia panaskan emas itu, hingga terpisahkan antara emas murni dan kotorannya.
Dan dari logam yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada pula buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan bagi yang benar dan yang batil...
Kotoran dan noda itu terbuang, tanpa ada yang menampungnya. Sementara bagian yang bermanfaat bagi manusia, tetap berada di bawah dan tidak hilang.
Seperti itu pula hati manusia. ketika dihujani ilmu agama, maka ilmu ini akan mengikis sifat-sifat sombong, keras, dengki, hasad, dan aneka noda hati lainnya. Sementara sifat-sifat baiknya akan tetap bertahan, dan tidak hilang.
Adapun buih itu, dia akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi...
Karena itu, mustahil orang yang belajar al-Quran dan sunah, kemudian dia menjadi durhaka kepada kedua orang tuanya, apalagi menjadi radikal. Kalaupun itu terjadi, bisa kita pastikan bahwa ajaran yang dia pelajari adalah ajaran yang menyimpang.
Siapapun tidak perlu takut untuk belajar agama melalui bimbingan seorang ustad ahlus sunah. Tidak perlu khawatir akan menjadi radikal, keras terhadap sesama, dan sifat menakutkan lainnya. Sesungguhnya Allah tidak menurunkan al-Quran, agar hati manusia menjadi keras atau semakin sengsara.
Wartawan datariau.com dilarang menerima uang untuk mempengaruhi berita. Hubungi kami jika ada berita tidak sesuai fakta. Pemimpin Redaksi: 081276887672 atau email: [email protected]
Suatu kenikmatan yang sangat indah adalah bila seorang hamba bisa merasakan bagaimana bermunajat dengan Allah di tengah malam terutama ketika 1/3 malam terakhir. Berikut sedikit panduan dari kami mengenai shalat tahajud.
Tentu kita sangat ingin menjadi orang yang shalih dan dinilai sebagai hamba yang shalih di sisi Allah. Salah satu kebiasaan orang shalih adalah melakukan shalat malam.
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjelaskan di dalam al-Qur-an pada banyak ayat dan juga Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam banyak hadits tentang besarnya pahala yang diperoleh dari melaksanakan shalat malam.